Siapakah Shahabat Rasulullah Saw. yang lembut lagi santun hatinya ?

Sabtu, 26 September 2009

Utsman Bin Affan ra

Utsman bin Affan (sekitar 574656) adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang merupakan Khulafaur Rasyidin yang ke-3. Nama lengkap beliau adalah Utsman bin affan Al-Amawi Al-Quarisyi, berasal dari Bani Umayyah. Lahir pada tahun keenam tahun Gajah. Kira-kira lima tahun lebih muda dari Rasullulah SAW.

Nama panggilannya Abu Abdullah dan gelarnya Dzunnurrain (yang punya dua cahaya). Sebab digelari Dzunnuraian karena Rasulullah menikahkan dua putrinya untuk Utsman; Roqqoyah dan Ummu Kultsum. Ketika Ummu Kultsum wafat, Rasulullah berkata; “Sekiranya kami punya anak perempuan yang ketiga, niscaya aku nikahkan denganmu.” Dari pernikahannya dengan Roqoyyah lahirlah anak laki-laki. Tapi tidak sampai besar anaknya meninggal ketika berumur 6 tahun pada tahun 4 Hijriah.

Menikahi 8 wanita, empat diantaranya meninggal yaitu Fakhosyah, Ummul Banin, Ramlah dan Nailah. Dari perkawinannya lahirlah 9 anak laki-laki; Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ashgar, Amru, Umar, Kholid, al-Walid, Sa’id dan Abdul Muluk. Dan 8 anak perempuan.

Nama ibu beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar, yaitu sesudah Islamnya Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haristah. Beliau adalah salah satu sahabat besar dan utama Nabi Muhammad SAW, serta termasuk pula golongan as-Sabiqun al-Awwalin, yaitu orang-orang yang terdahulu Islam dan beriman.

Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi dermawan. Beliau adalah seorang pedagang kain yang kaya raya, kekayaan ini beliau belanjakan guna mendapatkan keridhaan Allah, yaitu untuk pembangunan umat dan ketinggian Islam. Beliau memiliki kekayaan ternak lebih banyak dari pada orang arab lainya.

Ketika kaum kafir Quarisy melakukan penyiksaan terhadap umat islam, maka Utsman bin Affan diperintahkan untuk berhijrah ke Habsyah (Abyssinia, Ethiopia). Ikut juga bersama beliau sahabat Abu Khudzaifah, Zubir bin Awwam, Abdurahman bin Auf dan lain-lain. Setelah itu datang pula perintah Nabi SAW supaya beliau hijrah ke Madinah. Maka dengan tidak berfikir panjang lagi beliau tinggalkan harta kekayaan, usaha dagang dan rumah tangga guna memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya. Beliau Hijrah bersama-sama dengan kaum Muhajirin lainya.

Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.

Suasana sempat tegang ketika Utsman tak kenjung kembali. Kaum muslimin sampai membuat ikrar Rizwan – bersiap untuk mati bersama untuk menyelamatkan Utsman. Namun pertumpahan darah akhirnya tidak terjadi. Abu Sofyan lalu mengutus Suhail bin Amir untuk berunding dengan Nabi Muhammad SAW. Hasil perundingan dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah.

Semasa Nabi SAW masih hidup, Utsman pernah dipercaya oleh Nabi untuk menjadi walikota Madinah, semasa dua kali masa jabatan. Pertama pada perang Dzatir Riqa dan yang kedua kalinya, saat Nabi SAW sedang melancarkan perang Ghatfahan.
Utsman bin Affan adalah seorang ahli ekonomi yang terkenal, tetapi jiwa sosial beliau tinggi. Beliau tidak segan-segan mengeluarkan kekayaanya untuk kepentingan Agama dan Masyarakat umum.

Sebagai Contoh :

  1. Utsman bin Affan membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat umum.
  2. Memperluas Masjid Madinah dan membeli tanah disekitarnya.
  3. Beliau mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya ekspedisi tersebut.
  4. Pada masa pemerintahan Abu Bakar,Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.

Masa Kekhalifahan

Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah atas dasar musyawarah dan keputusan sidang Panitia enam, yang anggotanya dipilih oleh khalifah Umar bin khatab sebelum beliau wafat. Keenam anggota panitia itu ialah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.

Tiga hari setelah Umar bin khatab wafat, bersidanglah panitia enam ini. Abdurrahman bin Auff memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa diantara mereka yang bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan dirinya mundur dari pencalonan. Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah Utsman dan Ali. Abdurrahman ditunjuk menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang meminta pendapat mereka. Namun pendapat masyarakat pun terbelah.

Konon, sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman. Sidangpun memutuskan Ustman sebagai khalifah. Ali sempat protes. Abdurrahman adalah ipar Ustman. Mereka sama-sama keluarga Umayah. Sedangkan Ali, sebagaimana Muhammad, adalah keluarga Hasyim. Sejak lama kedua keluarga itu bersaing. Namun Abdurrahman meyakinkan Ali bahwa keputusannya adalah murni dari nurani. Ali kemudian menerima keputusan itu.

Maka Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga dan yang tertua. Pada saat diangkat, ia telah berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun 24 H. Pengumuman dilakukan setelah selesai Shalat dimasjid Madinah.

Masa kekhalifannya merupakan masa yang paling makmur dan sejahtera. Konon ceritanya sampai rakyatnya haji berkali-kali. Bahkan seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya.

Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah sebelumnya. Abu Bakar dan Umar bin Khotob biasanya mengadili suatu perkara di masjid.

Pada masanya, khutbah Idul fitri dan adha didahulukan sebelum sholat. Begitu juga adzhan pertama pada sholat Jum’at. Beliau memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong untuk kepentingan pertanian.

Di masanya, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya, Islam mempunnyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sofyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu. Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur. Konstantinopelpun sempat dikepung.

Prestasi yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah antara lain :

  1. Menaklukan Syiria, kemudian mengakat Mu’awiyah sebagai Gubernurnya.
  2. Menaklukan Afrika Utara, dan mengakat Amr bin Ash sebagai Gubernur disana.
  3. Menaklukan daerah Arjan dan Persia.
  4. Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran.
  5. Memperluas Masjid Nabawi, Madinah dan Masjidil Haram, Mekkah.
  6. Membakukan dan meresmikan mushaf yang disebut Mushaf Utsamani, yaitu kitab suci Al-qur’an yang dipakai oleh seluruh umat islam seluruh dunia sekarang ini. Khalifah Ustman membuat lima salinan dari Alquran ini dan menyebarkannya ke berbagai wilayah Islam.
  7. Setiap hari jum’at beliau memerdekakan seorang budak (bila ada)

Sebab-sebab Terjadinya Kekacauan dalam Pemerintahan Utsman

Pada mulanya pemerintahan Khalifah Utsman berjalan lancar. Hanya saja seorang Gubernur Kufah, yang bernama Mughirah bin Syu’bah dipecat oleh Khalifah Utsman dan diganti oleh Sa’ad bin Abi Waqqas, atas dasar wasiat khalifah Umar bin Khatab.

Kemudian beliau memecat pula sebagian pejabat tinggi dan pembesar yang kurang baik, untuk mempermudah pengaturan, lowongan kursi para pejabat dan pembesar itu diisi dan diganti dengan famili-famili beliau yang kredibel (mempunyai kemampuan) dalam bidang tersebut.

Tindakan beliau yang terkesan nepotisme ini, mengundang protes dari orang-orang yang dipecat, maka datanglah gerombolan yang dipimpim oleh Abdulah bin Saba’ yang menuntut agar pejabat-pejabat dan para pembesar yang diangkat oleh Khalifah Utsman ini dipecat pula. Usulan-usulan Abdullah bin Saba’ ini ditolak oleh khalifah Utsman. Pada masa kekhalifan Utsman bin Affan-lah aliran Syiah lahir dan Abdullah Bin Saba’ disebut sebagai pencetus aliran Syi’ah tersebut.

Karena merasa sakit hati, Abdullah bin Saba’ kemudian membuat propoganda yang hebat dalam bentuk semboyan anti Bani Umayah, termasuk Utsman bin Affan. Seterusnya penduduk setempat banyak yang termakan hasutan Abdullah bin Saba’. Sebagai akibatnya, datanglah sejumlah besar (ribuan) penduduk daerah ke madinah yang menuntut kepada Khalifah, tuntutan dari banyak daerah ini tidak dikabulkan oleh khalifah, kecuali tuntutan dari Mesir, yaitu agar Utsman memecat Gubernur Mesir, Abdullah bin Abi Sarah, dan menggantinya dengan Muhammad bin Abi Bakar.

Karena tuntutan orang mesir itu telah dikabulkan oleh khalifah, maka mereka kembali ke mesir, tetapi sebelum mereka kembali ke mesir, mereka bertemu dengan seseorang yang ternyata diketahui membawa surat yang mengatasnamakan Utsman bin Affan. Isinya adalah perintah agar Gubernur Mesir yang lama yaitu Abdulah bin Abi sarah membunuh Gubernur Muhammad Abi Bakar (Gubernur baru) Karena itu, mereka kembali lagi ke madinah untuk meminta tekad akan membunuh Khalifah karena merasa dipermainkan.

Setelah surat diperiksa, terungkap bahwa yang membuat surat itu adalah Marwan bin Hakam. Tetapi mereka melakukan pengepungan terhadap khalifah dan menuntut dua hal :

  1. Supaya Marwan bin Hakam di qishas (hukuman bunuh karena membunuh orang).
  2. Supaya Khalifah Utsman meletakan jabatan sebagai Khalifah.

Kedua tuntutan yang pertama, karena Marwan baru berencana membunuh dan belum benar-benar membunuh. Sedangkan tuntutan kedua, beliau berpegang pada pesan Rasullulah SAW; “Bahwasanya engkau Utsman akan mengenakan baju kebesaran. Apabila engkau telah mengenakan baju itu, janganlah engkau lepaskan”

Setelah mengetahui bahwa khalifah Utsman tidak mau mengabulkan tuntutan mereka, maka mereka lanjutkan pengepungan atas beliau sampai empat puluh hari. Situasi dari hari kehari semakin memburuk. Rumah beliau dijaga ketat oleh sahabat-sahabat beliau, Ali bin Thalib, Zubair bin Awwam, Muhammad bin Thalhah, Hasan dan Husein bin Ali bin Abu Thalib. Karena kelembutan dan kasih sayangnya, beliau menanggapi pengepung-pengepung itu dengan sabar dan tutur kata yang santun.

Hingga suatu hari, tanpa diketahui oleh pengawal-pengawal rumah beliau, masuklah kepala gerombolan yaitu Muhammad bin Abu Bakar (Gubernur Mesir yang Baru) dan membunuh Utsman bin Affan yang sedang membaca Al-Qur’an. Dalam riwayat lain, disebutkan yang membunuh adalah Aswadan bin Hamrab dari Tujib, Mesir. Riwayat lain menyebutkan pembunuhnya adalah Al Ghafiki dan Sudan bin Hamran.

Beliau wafat pada bulan haji tahun 35 H. dalam usia 82 tahun setelah menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.

Wallahu A’lam.

Source : halaqohdakwah.wordpress.com

Kamis, 24 September 2009

Abu Bakar dan Umar Saling Berbantah

Oleh Mochammad Bugi

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya. Takutlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha Mendengar dan maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menaikkan suaramu di atas suara Nabi. janganlah kamu mengeraskan suara kamu dalam percakapan dengan dia seperti mengeraskan suara kamu ketika bercakap sesama kamu. Nanti hapus amal-amal kamu dan kamu tidak menyadarinya.” (Al-Hujurat 1-2).

HARI itu seperti hari-hari yang lainnya juga. Yang tidak biasa hanyalah rencana kedatangan romobngan Bani Tamim kepada Rasulullah. Ada apakah? Itulah yang menjadi pertanyaan di benak Rasulullah. Tapi Rasulullah tetap saja berlaku tenang.

Dan, saat yang ditunggu-tunggu oleh Rasul pun datang. Kebiasaan Rasul memang selalu mengagungkan tamunya. Jika ia sudah mempunyai janji, maka akan ia dahululkan janji itu. Apalagi jika itu mengenai pertemua yang sepertinya terasa penting ini.

Rasul mempersilakan mereka semua duduk dengan tertib. Tak satupun dari tamu itu yang ia lewatkan. Semaunya disalaminya dan mendapt senyuman yang paling lembut. Sahabat-sahabat yang lain sering merasa heran, bagaimana bisa Muhammad menghafal nama-nama orang di dekatnya satu per satu tanpa pernah sekalipun melupakannya? Jika sudah begini, masing-masing mereka selalu menganggap bahwa mereka adalah orang yang paling penting dalam kehidupan Rasul.

Ketika semua sudah duduk dan menyantap hidangan ala kadarnya yang dihidangkan oleh Rasulullah karena itulah yang dipunyainya, maka Rasulullah pun berkata, “Semoga Alalh swt senantiasa memberkahi kita semua. Apakah maksud kedatangan kalian ini, wahai sahabat-sahabatku semua?”

“Kami semua baik-baik saja ya Rasulullah. Terima kasih telah menerima kami semua. Sesungguhnya kami sekarang ini sedang berada dalam keadaan yang sangat pelik. Kami membutuhkan bantuanmu sekali, jika engkau sekiranya tidak keberatan.”

Rasulullah mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia menunggu saja.

Salah seorang dari mereka bicara lagi, “Sesungguhnya kami ini hendak memilih pemimpin di antara kami….”

“Dan?” Rasulullah berkata ketika ia tidak melanjutkan bicaranya.

“Dan kami tidak punya pengetahuan yang sebagus engkau. Kami sebelumnya telah berselisih siapa kiranya yang akan dan harus jadi pemimpin kami……”

“Begitu ya….?”

Semua orang diam sekarang. Mereka menundukkan kepala mereka. Ada sejumput perasaan malu karena mereka telah melibatkan Rasul dalam urusan yang tampaknya tidak seberapa itu. Rasul masih terus mengangguk-angguk kepalanya. Beliau terdiam. Cukup lama.

Dan ketika Rasulullah hendak membuka mulut, tiba-tiba Abu bakar yang berada bersama rombongan berkata cukup keras, “Angkat Al-Qa’qa bin Ma’bad sebagai pemimpin!”

Semua kepala mendongak memandang Abu Bakar. Ada mata yang setuju namun ada juga yang kelihatannya menentang.

Umar yang juga datang bersama Abu Bakar berdiri, “Tidak, angkatlah Al-Aqra bin Habis.”

Kedua orang itu kini berdiri. Suasana tampak tegang. Rasulullah hanya diam saja. Apakah Abu Bakar dan Umar akan bertengkar?

Abu Bakar dengan sedikit mendelik berkata, “Kau hanya ingin membantah aku saja, hai Sahabatku!”

“Aku tidak bermaksud membantahmu!” jawab Umar.

Keduanya untuk beberapa saat masih saja saling berkata-kata sehingga suara mereka terdengar makin keras. Mereka tampaknya tidak peduli bahwa di situ ada orang lain. Tidak peduli bahwa di tempat itu pun ada Rasulullah, panutan mereka.

Waktu itu, turunlah ayat, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya. Takutlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha Mendengar dan maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menaikkan suaramu di atas suara Nabi. janganlah kamu mengeraskan suara kamu dalam percakapan dengan dia seperti mengeraskan suara kamu ketika bercakap sesama kamu. Nanti hapus amal-amal kamu dan kamu tidak menyadarinya.” (Al-hujurat: 1-2).

Setelah mendengar teguran itu langsung dari Allah, semua roang di situ tertegun. Sebaliknya Abu Bakar langsung menangis. Setelah ia meminta maaf kepada sahabatnya Umar, ia menghadap Rasulullah. “Ya Rasul Allah, demi Allah, sejak sekarang aku tidak akan berbicara denganmu kecuali seperti seorang saudara yang membisikkan rahasia.”

Rasulullah mendegar itu hanya mengelus-elus punggung Abu Bakar. Ia tersenyum kepadanya. Sedangkan Umar bin Khattab setelah itu berbicara kepada Nabi hanya dengan suara yang lembut. Bahkan kabarnya setelah peristiwa itu Umar banyak sekali bersedekah, karena takut amal yang lalu telah terhapus. Para sahabat Nabi takut akan terhapus amal mereka karena melanggar etiket berhadapan dengan Nabi.

Rasulullah bersyukur dalam hati mempunyai sahabat-sahabat yang hatinya begitu lembut. Memang, apalah yang lebih menyedihkan dan mengerikan daripada ditegur oleh Allah secara langsung? Itulah gunanya mempunyai sahabat yang bersedia selalu mengingatkan.

ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ

oleh Abu Ahmad

Beliau bernama Abu Bakar –semoga Allah meridloinya-, sedangkan nama asli beliau dimasa jahiliyah adalah Abdul Ka’bah bin Utsman bin Amir, lalu Rasulullah memberinya nama Abdullah, lengkapnya Abdullah bin Abu Quhafah, sedangkan ibunya bernama Ummul Khair, Salma binti Shar.

Beliau lahir di kota Mekkah setelah dua tahun setengah dari lahirnya Rasulullah saw, dan beliau merupakan seseorang yang terhormat dan hafal tentang keturunan suku-suku Quraisy, seorang pedagang yang memiliki perangai yang sangat mulia.

Abu Bakar merupakan seseorang yang jujur dan dekat kepada Rasulullah saw, dan da’wah yang disampaikan Rasulullah saw kepada Islam tanpa ragu beliau segera mengikuti dan menganutnya; karena beliau sangat mengetahui kebenaran nabi saw dan kejujurannya, Nabi saw pernah bersabda : “Tidak ada seseorang yang aku serukan masuk Islam ada dalam dirinya ada rasa keraguan, ketidak pasitan dan penuh pertimbangan, kecuali Abu Bakar, beliau sama sekali tidak merasa ragu saat saya ingatkan kepadanya dan tidak ada keraguan didalamnya”. (Ibnu Hisyam).

Abu Bakar berjuang bersama Rasulullah saw, sehingga dengan hal tersebut Rasulullah saw memberikan pujian kepada beliau dengan bersabda :
Sekiranya saya boleh mengambil seseorang untuk dijadikan (khalil) teman dekat; maka aku akan memilih Abu Bakar, tapi beliau adalah saudaraku dan sahabatku”. (Al-Bukhari).

Dan semenjak Abu Bakar mengikrarkan keislamannya, beliau terus berjihad menyebarkan da’wah Islam, sehingga melaluinya masuk lima sahabat yang dijanjikan masuk ke dalam surga, mereka adalah : Utsman bin Affan, Az-Zubair bin Awwam, Tholhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdur Rahman bin Auf –semoga Allah meridloi mereka semua-.

Pada Awalnya da’wah Islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi, maka Abu Bakar senang mengisi dunia seluruhnya dengan sinar yang baru, mempublikasikan Rasulullah saw dihadapan pemuka Quraisy, maka Abu Bakar mengajak Rasulullah saw pergi ke Ka’bah, memberikan pengarahan kepada kaum musyrikin saat itu, namun Rasulullah saw menyuruh beliau untuk bersabar, tapi setelah beliau mendesaknya akhirnya Rasulullah saw menyetujuinya, sehingga pergilah Abu Bakar ke Ka’bah dan berpidato dihadapan manusia menyeru kepada kaum musyrikin untuk mendengarkan Rasulullah saw, semenjak saat itu beliau dijuluki sabagai orang pertama yang berani berpidato menyeru kepada Allah, namun saat beliau akan berbicara orang-orang musyrikin menghantamnya dari berbagai penjuru dan memukulnya hingga hampir saja mereka membunuhnya, namun setelah beliau seiuman beliau malah bertanya tentang keadaan Rasulullah saw sehingga dirinya merasa tenang, dan keitka dikabarkan bahwa Rasulullah saw dalam keadaan baik-baik saja, beliau sangat senang dan bergembira sekali.

Abu Bakar juga berusaha menjadi tameng dan penopang Rasulullah saw dengan sekuat tenaganya. Suatu ketika, disaat beliau duduk-duduk diemperan rumahnya, datang seseorang dengan tergesa-gesa, dan berkata : temui teman kamu sekarang juga, maka beliaupun segera pergi untuk menemui Rasulullah saw, maka beliau mendapati Rasulullah saw sedang sholat di Ka’bah, sedang dihadapannya sudah ada Uqbah bin Abi Mu’ith sedang mencekik leher Rasulullah saw dengan kain, maka secepat mungkin Abu Bakar mendorong Uqbah dari Rasulullah saw dan berkata : apakah kamu ingin membunuh seseorang yang mengatakan bahwa Tuhan saya adalah Allah ?! akhirnya kaum musyrikin mengerumuninya dan memukulinya hingga pingsan, dan setelah beliau kembali siuman pertama kali yang diucapkan melalui lidahnya adalah : Apa yang sedang di perbuat Rasulullah saw ?

Abu Bakar selalu berjuang bersama Nabi saw dan menanggung siksaan yang dihadapinya dalam menyebarkan Islam, sampai pada akhirnya Rasulullah saw mengijinkan para sahabatnya untuk melakukan Hijrah ke Habsyah, maka Abu Bakarpun melakukan hijrah ke Negeri Habsyah, saat baliau sampai pada suatu tempat yang jauhnya seperti menempuh perjalannan selama 5 malam, beliau bertemu dengan Ibnu Ad-Dagnah salah seorang dari pemuka Makkah, dia berkata kepada Abu Bakar : “Mau pergi kemana wahai Abu Bakar ? Abu Bakar berkata : “Saya diusir oleh kaum saya maka sayapun pergi meninggalkannya agar saya dapat leluasa menyembah Tuhan saya”. Ibnu Ad-Dagnah berkata lagi : “Orang seperti kamu tidak boleh terusir dan diusir, saya adalah tetanggamu (yang akan melindungimu), kembalilah, dan sembahlah Tuhanmu di negrimu”. Maka beliaupun akhirnya kembali bersama Ibnu Ad-Dagnah, lalu beliau berkata kepada kaum Quraisy : “Sesungguhnya Abu Bakar tidak boleh diusir dan terusir” mereka berkata kepadanya : “Suruhlah dia menyembah Tuhannya di rumahnya sehingga tidak menyakiti perasaan kami, jangan disebar luaskan, karena kami khawatir dia dapat menyebarkan fitnah terhadap anak-anak perempuan kami”. Akhirnya beliaupun menyembah (melakukan ibadahnya) dirumahnya sendiri. Lalu beliau berfikir ingin membangun sebuah masjid diteras rumahnya agar bisa sholat didalamnya dan membaca Al-Qur an, namun saat beliau membaca Al-Qur an para wanita dan anak-anak dari kalangan musyrikin mengintipnya dan mendengarkan bacaannya, dan mereka sangat tertarik sekali, Abu Bakar sendiri memang memiliki hati yang lembut, sering menangis saat sedang membaca Al-Qur’an, maka penduduk Mekkahpun menjadi berang dan merasa khawatir kembali, akhirnya mereka mengutus seseorang untuk menemui Ibnu Ad-Dagnah, setelah mereka sampai kepada ibnu Ad-Dagnah, mereka berkata : sesungguhnya kami telah membiarkan Abu Bakar tinggal bersamamu agar dia dapat beribadah kepada Tuhannya didalam rumahnya, namun dia telah melanggarnya sehingga dia membuat masjid dipelataran rumahnya, kemudian malakukan shalat dan membaca Al-Qur’an didalamnya, kami sangat khawatir dia menyebarkan fitnah kepada anak-anak perempuan dan lelaki kami, maka dia harus mengikuti perkataanmu atau diusir saja dia. Maka Ibnu Ad-Dagnahpun pergi menemui Abu Bakar dan berkata kepadanya : saya berikan pilihan kepadamu, apakah engkau mau menuruti permintaan kaum Quraisy atau engkau tinggalkan hidup dibawah perlindunganku, karena saya tidak ingin mendengar dari kalangan Arab saya menyimpan seseorang yang suka melanggar (perjanjian kepadanya), setelah itu dengan penuh keparcayaan diri dan yakin Abu Bakar berkata : saya pilih melepas dari tanggunganmu, dan saya lebih rela dibawah perlindungan Allah.

Setelah itu Abu Bakar sering menghadapi penyiksaan dan intimidasi dari keum musyrikin, namun imannya tetap tegar dan teguh, bahkan menjadi pendukung agama melalui hartanya dan segala sesuatu yang beliau miliki, sehingga dia merelakan seluruh hartanya untuk diinfakkan sehingga dalam riwayat diceritakan : bahwa beliau memiliki uang sebanyak 40 ribu Dirham yang diinfakkan dijalan Allah, beliau juga membeli budak yang berasal dari kalangan kaum muslimin, kemudian beliau melepasnya dan memerdekakannya.

Dan saat perang terjadi ketika Rasulullah saw memobilisasi sahabatnya untuk menginfakkan dan menyumbangkan hartanya, maka Abu Bakar langsung membawa seluruh hartanya kemudian memberikannya kepada Rasulullah saw, dan melihat demikian Rasulullah saw berkata : Adakah sesuatu yang engkau sisakan untuk keluarga kamu ? beliau berkata : Saya tinggalkan mereka Allah dan Rasul-Nya, kemudian datanglah Umar dengan membawa setengah dari hartanya, lalu Rasulullah saw berkata kepadanya : adakah sesuatu yang engkau tinggalkan untuk keluargamu ? Umar menjawab : Ya, setengah dari harta saya. Ketika Umar mendengar apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar beliau berkata : “Demi Allah saya tidak akan pernah bisa mengungguli Abu Bakar”. (At-Turmudzi)

Abu Bakar juga sangat mencintai Rasulullah saw, sebagaimana Rasulullah saw juga sangat mencintainya, suatu hari Nabi saw ditanya : Siapakah seseorang yang paling engkau cintai ? beliau berkata : Aisyah. Kemudian ditanya lagi : dari kalangan laki-laki ? beliau berkata : Bapaknya. (Al-Bukhari).

Suatu hari beliau pernah menaiki gunung Uhud bersama Rasulullah saw, Umar dan utsman –semoga Allah meridlai keduanya-, maka gunung uhudpun bergetar, lalu Rasulullah saw bersabda : “Diamlah engkau wahai Uhud, tidak ada yang membebani engkau disini kecuali Nabi, seorang yang shiddiq, dua calan mati syahid”. (Al-Bukhari).

Saat terjadi peristiwa Isra dan Mi’raj, Rasulullah saw menceritakan kepada umat bahwa beliau telah melakukan perjalanan dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha, kemudian naik menuju langit yang ketujuh, kaum musyrikin mencemoohkannya sambil berkata : bagaimana mungkin ini bisa terjadi, padahal kami butuh waktu sampai sebulan agar bisa sampai ke Baitul Maqdis ? kemudian mereka segera pergi menemui Abu Bakar, dan menceritakan akan hal tersebut : bahwa sahabat Kamu mengklaim telah melakukan perjalanan ke Baitul Maqdis ! Abu Bakar menjawab : jika beliau telah berkata demikian jelas merupakan kebenaran, sungguh saya mempercayainya terhadap berita langit (wahyu) yang datang kepadanya. Maka semenjak itulah Rasulullah saw menjulukinya dengan Ash-shidiq (orang yang bersifat jujur dan benar). (Ibnu Hisyam).
Sebagaimana Abu Bakar juga selalu menjadi penolong dan pendukung Rasulullah saw disaat beliau mendapatkan pertentangan dari kaum muslimin saat terjadinya perjanjian Hudaibiyah.

Saat Allah SWT mengijinkan kepada Rasulullah saw untuk Hijrah, Rasulullah saw memilih beliau untuk menjadi teman dan pendampingnya dalam melakukan hijrah, tinggal di Gua Tsur selam tiga hari, dan saat kaum musyrikin berdiri di depan lubang gua, Abu Bakar sangat khawatir dan cemas terhadap Rasulullah saw, dan berkata : wahai Rasulullah, kalau saja mereka melihat kebawah kaki mereka, maka kita akan terlihat, maka Rasulullah saw berkata kepadanya : “Apa pendapat kamu wahai Abu Bakar dengan dua orang dan yang ketiga adalah Allah”. (Al-Bukhari)

Abu Bakar juga selalu mengikuti peperangan bersama Rasulullah saw dan tidak pernah ketinggalan walaupun sekali, dan Rasulullah saw sangat mengenal kepribadian beliau, sehingga Rasulullah saw memberikan kabar gembira kepadanya dengan Surga, beliau bersabda : “Tidak seorangpun diantara kita memiliki tangan yang menyamai apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar, karena beliau disisi kami memiliki tangan yang Allah akan menggantinya yang lebih baik di hari Kiamat”. (At-Turmudzi).

Beliau juga sangat antusias dan hati-hati dalam mengamalkan perintah-perintah Allah, suatu hari beliau mendengar Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yang menjulurkan bajunya karena sombong, maka Allah tidak akan melihatnya dihari Kiamat”. Lalu Abu Bakarpun berkata : “Salah satu dari baju saya tidak akan digunakan kecuali saya telah berjanji melaksanakan sabda tersebut”. Rasulullah sawpun berkata kepadanya : “Sesungguhnya yang kamu lakukan itu bukanlah termasuk katagori sombong”. (Al-Bukhari). Beliau juga orang yang paling takut kepada Allah, beliau pernah berkata : “Sekiranya salah satu dari kaki saya masuk surga lalu yang lainnya di luar, saya belum merasa aman akan lepas dari murka Allah (Adzab).

Setelah Rasulullah saw meninggal dunia, sebagian sahabat berkumpul disinggasana Rasulullah saw dan mengemukakan pandangan bahwa mereka tidak percaya akan kepergian Rasulullah saw, Umar berdiri dihadapan mereka dan mengancam bagi siapa yang berani mengatakan bahwa Rasulullah saw telah meninggal akan dipenggal lehernya, maka Abu Bakar maju dan masuk kerumah Rasulullah saw dan membuka kain yang menutupi wajahnya yang mulia, beliau berkata : “Sungguh harum kematian dan kehidupan engkau wahai Rasulullah”. Lalu beliaupun keluar menuju kumpulan manusia, dan berkata kepada mereka : “Wahai sekalian manusia, ketahuilah barangsiapa diantara kalian yang menyembah Muhammad saw maka sesungguhnya beliau telah meninggal, dan barangsiapa diantara kalian yang menyembah Allah maka selamanya Allah Hidup dan tidak pernah mati, karena Allah SWT telah berfirman : “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik kebelakang”. (Ali Imran : 144)

Setelah itu para pemuka kaum muslimin bergegas menuju tempat pertemuan untuk menetapkan siapa yang akan menggantikan Rasulullah saw, akhirnya kaum muslimin saat itu bersepakat membai’at Abu Bakar sabagai khalifah setelah kaum muhajirin dan Anshor merasa puas dengan keputusan bahwa Abu Bakar adalah seorang yang cocok menjadi kahlifah setelah Rasulullah saw, kenapa tidak ? padahal Rasulullah saw pernah menyuruhnya menggantikan beliau dalam memutuskan perkara kaum muslimin saat baliau dalam keadaan sakit dan sekarat, beliau bersabda : “Perintahkan Abu Bakar untuk memimpin sholat kepada jamaah”. (Muttaqun ‘alaih).

Setelah beliau dipercaya menjadi khalifah, beliau berdiri dan menyampaikan pidato pertamanya : “Wahai sekalian manusia, sungguh saya telah diberikan amanah memimpin kalian semua dan aku bukanlah orang yang terbaik diantara kalian, jika aku melakukan kebaikan maka tolonglah aku, namun jika melakukan kesalahan maka luruskanlah, kejujuran merupakan amanah, sedang dusta adalah khianat, orang yang lemah diantara kalian akan kuat disisiku hingga aku dapat menghilangkan bebannya insya Allah, sedangkan orang yang kuat diantara kalian lemah disisiku sampai aku dapat mengambil hak darinya insya Allah, tidaklah suatu kaum meninggalkan kewajiban jihad kecuali Allah akan hinakan mereka, dan tidaklah tersebar kemaksiatan dalam suatu kaum kecuali Allah akan menimpakan mereka bencana, taatilah aku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, namun jika saya menyimpang kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada taat kepadaku atas kalian”.

Selama kekhilafahannya Abu Bakar telah memerangi kaum murtad dan pembangkang membayar zakat, beliau berkata : “Demi Allah sekiranya mereka mencegah saya seikat unta yang mana mereka menunaikan perintah Allah disaat Rasulullah saw hidup, maka saya akan memerangi mereka”. Dan dalam peperangan beliau selalu mengajarkan adab berperang, dengan mewasiatkan kepada tentaranya agar jangan membunuh orang yang sudah tua, anak kecil dan wanita, orang yang beribadah dirumah ibadah dan jangan membakar tanaman dan menebang pepohonan.

Khalifah Abu Bakar menugaskan prajurit yang dipimpin Usamah bin Zaid untuk menyerang Romawi, sebagaimana Rasulullah saw telah memberikan mandat ke Usamah bin Zaid untuk menjadi komandan perang walaupun umurnya masih raltif muda, dan saat Rasulullah saw meninggal dunia, Abu Bakar bersikeras memformulasi pasukan seperti yang berjalan di zaman Rasulullah saw, dan beliau ikut langsung mengiringi pasukan, dimana beliau berjalan kaki sedangkan Usamah diatas menaiki kendarannya, seekor kuda, lalu Usamah berkata kepada khalifah Abu Bakar : “Wahai khalifah, sudikah engkau naik kendaraan ini atau saya turun”. Maka dia berkata : “Demi Allah, saya tidak akan menaiki kendaraan dan engkau jangan turun dari kendaraan, kenapa saya tidak berani menyentuhkan kaki saya dibumi menuju jalan Allah”.

Khalifah Abu Bakar juga pernah mengirim pasukan ke negeri Syam, Iraq hingga akhirnya seluruh penduduknya memeluk agama Islam.

Dan diantara prestasi yang dilakukan dalam masa kekhilafahannya adalah beliau pernah memerintahkan untuk menyusun kembali Al-Qur’an dan menulisnya setelah banyaknya dari kalangan para huffadz yang syahid.

Khalifah Abu Bakar meninggal pada malam Selasa, tanggal 22 Jumadil Akhir, tahun 3 Hijriyyah, sedangkan umurnya baru 63 tahun. Adapun yang memandikan jenazah beliau adalah istrinya sendiri yaitu Asma bin Umais sesuai dengan wasiatnya, dan dikebumikan disamping jenazah Rasulullah saw.

Beliau meninggalkan beberapa anak ; Abdullah, Abdul Rahman, Muhammad, Aisyah, Asma, Ummi Kultsum –semoga Allah meridloi semuanya-.

Dan beliau juga banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw berjumlah lebih dari seratus hadits.

Minggu, 20 September 2009

Khalid bin Walid Yang Tak Terkalahkan

Ketika panglima Khalid bin Walid dikirim khalifah Abubakar Shiddik, dan berhasil mengusir bangsa Parsi ini keluar perbatasan, mereka masih terus-menerus kembali lagi. Maka atas usul Khalid, khalifah Abubakar mengirim bantuan lasykar lagi ke perbatasan itu, sehingga mencapai sepuluh ribu orang. Panglima Hurmuzan dan Parsi lengkap dengan barisan bergajah mereka dengan pongahnya mencoba menghadang pasukan Khalid bin Walid ini, dengan tentara sebanyak lebih dari seratus ribu. Khalid memulai serangannya dengan mengirimkan surat lebih dahulu. Dalam surat itu ia menawarkan tiga pilihan:

  1. Damai, dengan syarat masing-masing menghormati perbatasan negara yang ada.
  2. Menerima ajaran Islam, yang akan menjalin ukhuwah Islamiyah antara kedua rakyat yang ada. Maka tidak akan ada soal perbatasan lagi.
  3. Jika kedua pilihan itu tak bisa diterima, maka bersiaplah kalian menghadapi kami yang datang dengan lasykar yang berani hidup, namun ingin mati (syahid) karena kerinduan mereka kepada Allah.

Dengan persyaratan yang tertulis di surat itu, Hurmuzan telah mengalami goncangan jiwa (psychological shock) yang dahsyat, karena bagi mereka tidak pernah ada istilah “ingin mati”. Namun karena kesombongan bangsa ini terhadap bangsa Arab yang mereka anggap masih terbelakang itu mereka memilih tawaran untuk perang, apalagi setelah melihat perlengkapan barisan Muslim ketika itu paling tinggi hanyalah panah dan kenderaan mereka pun paling cepat hanyalah kuda. Kuda itu pun terbatas bagi perwira menengah ke atas, sedangkan kebanyakan anggota lasykar Muslim ketika itu hanyalah berjalan kaki atau berkendara unta. “Apakah kuda sanggup berhadapan dengan gajah yang kuat ini?” Demikian pikir panglima Parsi yang sombong itu.

Khalid mengerahkan barisan Muslimin maju menyerbu di bawah pimpinannya sendiri yang berpacu di depan. Dengan mengendarai kudanya yang berlari cepat Khalid menerobos barisan musuh yang paling lebal sambil mengayunkan pedangnya ke kiri ke kanan menebas batang leher serdadu musuh, sehingga terbentuk jalur mayat manusia yang bergelimpangan akibat tebasan pedang Khalid. Ketika jalur mayat ini bergerak terus mcnuju ke tempat panglima Hurmuzan, maka serdadu Parsi menjadi panik. Serbuan Khalid serasa tak terhankan mereka. Mereka lari porak poranda kehilangan kepercayaan diri dan akhirnya banyak yang menyerahkan diri kepada Khalid.

Tentara Parsi yang menyerah itu diperlakukan Khalid dengan wajar dan baik, sebagaimana layaknya sesuai dengan contoh dan ajaran Rasulullah SAW. Walaupun sudah menyerah, harta benda mereka tidak diambil atau dirusakkan, bahkan tentara yang tadinya buruh tani yang tidak pernah punya tanah itu diberi hak untuk mempunyai tanah sesuai dengan kemampuan mereka menggarapnya, maka mereka pun berbondong-bondong masuk Islam.

Walaupun sebahagian lasykar Muslim syahid dalam penyerbuan pertama itu, namun jumlah anggota barisan Khalid bukan berkurang, bahkan bertambah, karena lasykar Parsi yang menerima Islam sebagai agama mereka yang baru langsung bergabung dengan barisan Khalid. Melihat kemenangan yang relatif sangat cepat diperoleh ini, maka Khalid, sesudah mendapat izin dari Khalifah Abubakar menyerbu terus ke dalam daerah Parsi, sehingga seluruh negeri itu takluk dalam waktu yang relatif sangat singkat. Khalid berangkat dari Madinah untuk tugas ini pada awal bulan Muharram, dan seluruh kerajaan Parsi takluk di bawah kekuasaan ummat Islam pada akhir bulan Zulqaidah, tahun yang sama. Jadi, dalam waktu kira-kira sebelas bulan sebuah kerajaan yang pada masa itu dianggap sebagai negara superpower kedua sesudah Romawi telah takluk kepada kaum Muslimin yang memperkenalkan dan menghormati hak-hak asasi manusia.

Ketika salah seorang sahabatnya mengingatkan Khalid, bahwa besok akan masuk bulan Zulhijjah, maka Khalid merasakan kerinduan menusuk hatinya akan baituLlah. Khalid memutuskan, bahwa ia harus naik haji, maka ia segera memilih beberapa ekor kuda yang tercepat dan dengan iringan beberapa sahabatnya ia segera berderap pulang ke Makkah untuk mengejar waktu demi melaksanakan haji dengan meninggalkan daerah kerajaan Parsi yang baru saja ditaklukannya itu.

Ketika khalifah Abubakar mendapat laporan akan kemenangan Khalid yang gemilang ini ditambah pula oleh kecerobohan Khalid meningglkan medan sebelum sempat mengadakan pengamanan seperlunya, maka beliau menulis surat teguran kepada panglimanya yang gagah perkasa ini.

Khalifah menulis: “Disamping rasa syukurku kepada Allah SWT dan tanpa mengurangi rasa hormatku atas keteguhan iman dan kecintaanmu kepada Allah, aku wajib memperingatkan engkau, bahwa meninggalkan medan sebelum mengadakan pengamanan seperlunya bukanlah tindakan seorang panglima yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, kami perintahkan agar engkau pulang ke posmu secepat-cepatnya.” Sadar akan kesalahannya ini, Khalid segera melaksanakan perintah khalifah itu sesudah menyelesaikan ibadah hajinya dan melakukan tawaf wada’.